"(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa." (Q.S. Al-Imran 3 : 138)

2010/07/25

BERSIKAP KRITIS

Pertanyaan:

"... Allah menyuruh umat Islam bersikap kritis, bahkan terhadap Al-Qur’an itu sendiri dan tidak boleh taklid ..."

Ini justru bertentangan dengan apa yang Al-Qur'an pesankan didalam ayat-ayat dibawah ini:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur'an itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah mema'afkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun." (Q.S. Al-Ma'idah 5:101),
"Sesungguhnya telah ada segolongan manusia sebelum kamu menanyakan hal-hal yang serupa itu (kepada Nabi mereka), kemudian mereka tidak percaya kepadanya." (Q.S. Al-Mai'dah 5:102),

Ayat di atas memerintahkan pengikut Muhammad tak boleh bertanya atau menanyakan hal-hal yang menurut mereka dapat menggoyahkan iman. Bukankah ini sama saja melarang penggunaan akal? Bila Islam melarang umatnya kritis, lalu di mana letak penggunaan akal itu? Bukankah Islam dikatakan sangat mengutamakan akal?

Ini bertentangan dengan ayat sebelumnya di surat yang sama:

"Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal." (Q.S. Al-Mai'dah 5:58),

Jawab:

Ayat-ayat diatas ini sama sekali tidak seperti anggapan yang tertera sebelumnya karena memang maknanya bertolak belakang jika dilihat dari Azbabun Nuzul-nya. Berikut Azbabun Nuzul dari ayat diatas:

Bukhari:
4345. Anas ra meriwayatkan, "Rasulullah,sallahu alaihi wassallam, berbicara dengan perkataan yang tidak biasanya. Beliau berkata, 'Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, maka kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Para sahabat Rasulullah saw, menutup muka mereka dan terisak-isak. Lalu seorang pria berkata, 'Siapakah ayahku?', ia menjawab, 'fulan bin fulan'. Lantas ayat ini turun: 'Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu'." (Q.S. Al-Mai'dah 5:101).

4346. Diriwayatkan oleh ibn Abbas, "Sebagian orang biasa mempertanyakan kepada Rasulullah dengan maksud mengolok-olok dengan menanyakan, 'Siapakah ayahku?' dan seorang yang kehilangan untanya menanyakan, 'Dimana untaku?' dan kemudian turunlah ayat ini memberitakan tentang mereka: 'Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu'." (Q.S. Al-Mai'dah 5:101).

Jadi yang dimaksudkan ialah mereka yang mempertanyakan hal-hal yang menjengkelkan, karena hal tersebut tiada manfaatnya dan rasulullah pun bukan seorang dukun yang tahu segala unta, beliau pun melarang sahabatnya mempertanyakan hal-hal yng menjengkelkan seperti pada hadis berikut:
Diriwayatkan oleh Mu'awiyah: "Nabi saw melarang diskusi yang isinya pertanyaan yang menjengkelkan dan olok-olok." (Sunan Abu-Dawud, Kitab Al-Ilm, Kitab 25, Nomor 3648),

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini hanya merusak iman kita oleh karenanya Allah melarang hamba-hamba-Nya melakukan hal tersebut.

Jadi sama sekali tidak benar jika ayat tersebut dihubungkan dengan pelarangan penggunaan akal seperti tuduhan diatas.

Kemudian maksud ayat dibawah ini:

"Sesungguhnya telah ada segolongan manusia sebelum kamu menanyakan hal-hal yang serupa itu (kepada Nabi mereka), kemudian mereka tidak percaya kepadanya." (Q.S. Al-Mai'dah 5:102),

Maksudnya: sesudah diterangkan kepada mereka hukum-hukum yang mereka tanyakan itu, mereka tidak menaatinya, hal ini menyebabkan mereka menjadi kafir.

Tidak ada komentar: